Dimanakah anda ?

Dua orang sahabat menghadiri suatu konferensi tentang penginjilan. Dalam salah satu pembahasan, Larry tidak melihat Pete. Pada waktu makan siang, ketika melihat Pete ia berkata, “Saya tidak melihat Anda waktu pembahasan yang menarik, mengharukan, dan menakutkan! Dimanakah Anda?”
“Saya sedang berbincang-bincang di lobi dengan seorang penjaga tentang Kristus, dan saya membimbing dia sehingga ia mau menerima Kristus sebagai Juruselamatnya,” kata Pete.
Tidak ada salahnya kita menghadiri konferensi, akan tetapi mudah saja jika kita melupakan seseorang dan kebutuhan-kebutuhannya sementara kita membahas masalah-masalah yang umum. Ujian terhadap kasih orang Kristen bukanlah semata-mata mengucapkan pengakuan secara lantang tentang mengasihi seluruh anggota jemaat, melainkan juga secara diam-diam menolong seorang saudara yang memerlukan bantuan. Kalau kita bahkan tidak mau menolong seorang saudara pun, rasanya tidak mungkin kita rela “menyerahkan hidup kita” bagi “saudara-saudara seiman.”
Dalam autobiografinya, Mohatma Gandhi mengatakan bahwa pada masa sekolahnya is sangat tertarik dengan Alkitab. Hatinya tersentuh secara mendalam ketika ia membaca Alkitab. Dan, ia ingin menjadi seorang Kristen. Pada suatu hari Minggu, ia pergi ke gereja untuk mengikuti suatu kebaktian, dan ia memutuskan untuk melihat pendeta dan memohon kepadanya untuk diajarkan mengenai keselamatan dan doktrin-doktrin kekristenan. Tetapi, ketika ia memasuki gereja, penyambut tamu di gereja itu menolak untuk memberikan tempat duduk kepadanya dan menyarankan supaya ia pergi dan bersama-sama dengan orangnya sendiri. Mahatma Gandhi lalu meninggalkan tempat itu dan tidak mau kembali lagi. Ia berkata, “Jikalau orang Kristen mempunyai perbedaan-perbedaan kasta juga, lebih baik aku tetap menjadi orang Hindu.”
Pendeta dan penulis Inggris bernama F.B. Meyer berkata: “Jangan sia-siakan waktu kita dengan menunggu dan mengharapkan sebuah kesempatan besar yang belum pasti datangnya. Lebih baik kita kerjakan dengan setia hal-hal kecil yang selalu menuntut perhatian kita.”


Sumber: Secangkir Sup Bagi Jiwa Anda 1